Sister from Brother


     Canada

     Di kala lain, Hiduplah seorang anak laki-laki bernama Dion Arlert. Berumur 8 tahun. Ia mempunyai seorang saudara perempuan yang berumur 13 tahun. Namanya Tiara Watson, menderita kebutaan, dan tidak bisa terkena sinar matahari. 

     Tinggal di sebuah loteng rumah kecil, di daerah yang terpencil. Kedua orangtuanya telah tiada akibat bom yang meledak dikota tempat tinggalnya. Hanya anaknya yang selamat dari peristiwa itu.
Mereka sempat tinggal dirumah pamannya selama 2 minggu setelah insiden tersebut. Tapi, pamannya berkelakuan buruk terhadap mereka berdua. Mereka akhirnya memutuskan untuk pergi dan mencari tempat tinggal sendiri.

      Beberapa hari kemudian, mereka menemukan rumah kecil di daerah yang tidak diketahui oleh orang-orang. Disekliling rumahnya banyak rerumputan hijau yang pendek dan sebuah danau kecil yang indah. Ditambah sebuah pohon yang besar dan tiang yang tinggi dengan lampu disamping rumahnya. Mereka memutuskan untuk tinggal di rumah tersebut. 

     Tiara membuka matanya dan melangkahkan kakinya di teras rumah dengan penglihatan samar-samar, sementara Dion terlihat riang karena melihat burung-burung gereja di dekat taman rumah. Dengan penglihatan hati, Tiara berusaha meraba-raba gagang pintu, lalu membukanya. Tangannya berhenti bertekuk setengah, lalu berjalan balik menuju Dion. 

"Dion, kita tidak bisa tinggal disini. Pintunya terkunci." Ujar Tiara lemah lembut.
Dion melamun melihat kakaknya. Lalu menoleh dan mencari-cari sesuatu.
"Mmm......Ah ada! Kakak! Kemarilah. Lihat, ada lubang diatas rumahnya. Tadi aku sempat menemukan tangga di dekat danau tapi aku tidak tahu apakah masih bisa dipakai. Coba kita pakai untuk naik keatas sana." 

     Tak lama kemudian mereka menaikinya, lalu sampai ke lubang tersebut, yang ternyata bekas pecahan kaca loteng yang sudah hancur. Sisanya sama sekali tak melekat dipinggirannya. Karena itu, mereka mudah memasukinya.
Debu dimana-mana, sarang laba-laba bertebaran. Bukan hanya sarang, Tarantula dan rayap pun menghinggapi loteng tersebut.

Tiara tidak sama sekali takut akan hal itu. Ia mencari cari saklar lampu dengan menjulurkan tangannya kedepan dan kesamping. Memegang-megang ke sembarang tempat, ia tak sadar sedang menggenggam Tarantula yang cukup beracun. Karenanya, tarantula itu melompat ke kakinya dan menggigitnya. Sontak Dion terkejut.
"Kakak!! Tendang! Ada binatang di kakimu!" 

Dion hanya berdiam diri dan berteriak di dekat jendala, serangga-serangga itu membuat pikirannya pusing. Tapi Tiara tidak ada merasakan apa-apa di kakinya, dan terus mencari saklar lampunya. Ia pun menemukannya. 

Loteng menjadi terang. Terang sekali. Seperti lampu yang baru dipasang.
Saat lampu menyala, laba-laba itu pun lepas dari kakinya, Lalu menghilang.
Dion tak berkutik melihat bekas gigitan itu. Dia hanya menatap dan menutup mulutnya dengan tangan kanannya. 

Lalu datang tatapan kosong dari Tiara ke Dion dengan mulut terbuka sedikit. Lalu terjatuh dan tak sadarkan diri. Dion dengan langkah kecilnya cepat turun kebawah, dan untungnya tangga dari loteng menuju ke lantai tidak terkunci. Dia turun dan dia melihat Tabung kaca besar berisikan sosok seperti manusia, tapi mempunyai ekor dan tanduk dengan crystal merah didadanya.

Dion mengelap kaca yang berembun itu dengan sikunya. Lalu manusia itu menoleh perlahan ke hadapan Dion. Terkejut, Dion terpeleset dan terpelintir, sambil mundur kebelakang menggunakan tangannya.
"Argh, Hah! (apa itu, serangga? Besar sekali. Kakak!!!!"
Dion berlari dengan sekencang kencangnya menuju loteng dan menoleh kembali ke manusia tersebut. Crystal merah itu bersinar dan membuat Dion terjatuh kembali dan membuatnya berimajinasi.

("Aira......
 kita harus berpisah....
Tidak akan kumaafkan.....
Sudah kubilang permenmu itu murahan....
Tidak apa-apa, larilah, bersama orang-orang....
Es ini hanyalah milikmu. Krsital ini akan menyatu dengan bunga matahari kala nantinya....
Teman atau musuh, pilihlah....
Kau tidak ingat aku....
Jadi ini.... Rasanya kematian....
Siapa yang bisa memberitahuku....
Sekarang aku tahu, kau ingin menyelamatkan umat manusia....
Diamlah, kenapa kau tidak membiarkan aku mati saja.....
Dan sekarang aku nyatakan deklarasi perang....
Dion!!!!!!)

Entah berasal dari mana semua kalimat tidak jelas itu. Terlalu banyak yang dipikirkan,  Dion pun menyerah untuk memikirkannya.

"Hufff......huff.... Apa semua ini. Kepalaku sakit sekali. Aira, Hasnan, Amru, sialan. siapa mereka rupanya. Enak saja masuk kepikiranku. Ha!"
Dion menoleh kebelakang dan melihat tabung itu sudah pecah dan manusia itu telah menghilang. Ia pun berlari kembali menuju loteng dan menguncinya. Ia menyatakan pada dirinya untuk tidak pergi kebawah lagi. Lalu, semenjak hari itu. Dion selalu keluar dari jendela loteng dan Tiara tidak pernah keluar dari loteng dan tidak pernah berbicara maupun menjawab pertanyaan lagi dari Dion. Mulutnya seakan membisu. Urat-urat biru mengalir di wajahnya. 

4 tahun kemudian....

Hari itu, Dion memancing ikan di danau seperti biasanya untuk kakaknya. Karna Dion tidak suka ikan, dia cuma makan sayur-sayuran dan buah-buahan dan dapat hidup selama ini. Beberapa waktu kemudian, ia pun selesai. Membawa 1 ember penuh ikan. Hari ini dia mendapat keberuntungan. Biasanya hanya 2-3 ekor ikan. Lalu ia membersihkannya dan memotongnya. Tidak dibakar maupun dipanggang ia menyuapkan kepada Tiara yang terduduk diatas kursi roda yang didapatkan Dion di belakang rumah. Ia memperbaikinya. 
Hujan pun tiba. Ia memegang tangan Tiara dan mengucapkan minta maaf.
"Kakak, maafkan aku. Andai saat itu aku tidak takut dengan serangga, pasti ini tidak akan terjadi."

Tiara hanya membalas dengan tatapan kosong dan urat-urat di wajahnya semakin banyak. Mata kanannya sudah kehilangan semua fungsinya dan memutih.
Setelah itu,  Dion membiarkan kakaknya tertidur. Lalu ia duduk di dekat jendela sambil menatap langit mendung. Dan mengadahkan tangannya keluar untuk menampung hujan lalu meminumnya. Saat mengadahkan tangan yang kedua kalinya, ia melihat.....

Salju turun mengiringi hujan yang deras. Danau membeku. Tumbuhan mengeras.  Rumah tersebut semakin rapuh. Suhu dingin menyelimuti, sangat dingin. Mereka tidak bisa lagi berteduh di rumah itu. Lalu Dion mengambil kertas koran bekas dan menjadikannya selimut untuk kakaknya. Ia membaringkan kakaknya dan mengambil kursi rodanya untuk diturunkan kebawah. Kemudian ia menggendong kakaknya sampai ke kursi roda. Dion sangat kedinginan. Dia melarikan diri sambil mendorong kakaknya dengan cepat. Bahkan ia sendiri sudah kehilangan kesadaran dan pikirannya mulai menggila. Kalimat-kalimat yang pernah membuat Dion kesakitan terngiang-ngiang kembali seperti ingin memberi tahunya sesuatu untuk tidak melupakan semua hal itu. Dion berlari meninggalkan kakaknya tanpa berpikir panjang. Dia menuju danau dan menaiki perahu dan mendayungnya ketengah-tengah danau lalu meloncat. Ketika ujung jari kakinya menyentuh air danau, air danau dan seluruh tempat yang ia lihat menjadi es seperti menciptakan kutub baru. 

"Peserta ke 4 telah datang." Suara bergema dikutub berbunyi. 

Dion menyadari akan es dan tempat yang berangin dingin itu. 
"Aku mengingat tempat ini. Sama dengan mimpi yang kualami."
Merasa tidak kedinginan, Dion terheran-heran. Dan saat itu, ia melihat tangannya berubah menjadi kristal es. Tak percaya apa yang dia alami, dia memukul-mukul air. Berubahlah semua sentuhan yang ia berikan menjadi es. Tersentak sekejap teringat dengan Tiara. Dia tak sadar bahwa Tiara sudah tak berada disisinya lagi saat dia berada di kutub itu. 




Akhirnya Es telah datang.... 
Matahari telah menghilang.... 
Tapi suatu saat akan bersatu untuk menghilangkan kesesatan.... 











Part untuk 2 bersaudara

Komentar

Postingan Populer